Selasa, 05 Oktober 2010

Paradoxs Cinta

Aku memang enggan untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka untuk mencari definisi kata "Cinta". Komentar seorang teman, "Jangan pakai logika, tapi pakai perasaan!" Timbang-timbang sesaat, masuk akal juga pendapatnya. "Masuk akal", sepertinya nyerempet-nyerempet logika juga kalau tidak mau dibilang nabrak ancur. Kebingunganku sekarang ini mungkin sama seperti bingungnya orang-orang Yunani tempo dulu dalam menghadapi Paradox Zeno.

Coba pakai asumsi bahwa Aku tak pernah mengenal kata cinta, langkah selanjutnya membaca karya-karya prosa cinta yang menyayat hati dari Kahli Gibran. Madu Beracun dan Sayap-Sayap Patah, menjadi hambar laksana kuliner tanpa rempah-rempah Maluku. Di level selanjutnya dengan karya Rumi; Jeritan Seruling Bambu yang rindu akan rumpun dan tempat asalnya menjadi hampa tanpa arti.

Mungkin, sekali lagi hanya sebuah kemungkinan, "Untuk mengurai kata Cinta maka kita harus segila Majnun yang gila karena kecantikan Laila". Namun, bagaimana merangkai kata jika kita sedang mengigau tak sadarkan diri? Kuldesak!!!!

Tanpa banyak pikir (kurangi logika) iyakan saja apa kata temanku,
"Jangan pakai logika, tapi pakai perasaan!"

3 komentar:

  1. keren banget, so full love

    BalasHapus
  2. untuk mengerti cinta maka lalui sakitnya patah hati

    BalasHapus
  3. Cinta akan selalu menjadi paradox selama kita masih berada dalam ruang 3 dimensi dan waktu karena tak cukup kata untuk mengurai misteri cinta

    BalasHapus