Rabu, 21 Juli 2010

Tetap Miskin dan Terjajah di Tanah Leluhur

Awalnya, orang-orang dari perusahaan perkebunan datang ke kampung kami dengan 1000 janji untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Berbilang tahun berlalu, ternyata kami warga kampung tak jua kunjung dapat menikmati arti dari kata sejahtera. Untuk berladang sudah tak ada lagi lahan tersisa. Kami terlalu terburu nafsu menjual ladang-ladang kami ke perusahaan perkebunan sawit. Padahal ladang-ladang kami penghasil karet alam, buah nanas, singkong dan juga beras ladang. Dulu kampung kami terkenal sebagai penghasil nanas dengan kualitas sangat bagus. Sekarang kami terpaksa kerja harian di perkebunan dengan upah Rp 42.000,- per hari. Jika kami rajin maka kami bisa dapat sekitar Rp 1.000.000,- tiap bulannya atau sekitar UMK daerah kami.

Saat sosialisasi perusahaan, kami tak minta definisi dari arti kata kesejahteraan menurut kamus kapitalis. Rupanya ada sedikit perbedaan antara Sang Kapitalis dan Kami warga kampung dalam menafsirkan kata kesejahteraan. Buat kami sejahtera berarti kami dapat makan 4 sehat 5 sempurna, punya biaya untuk menyekolahkan anak-anak kami, dan sedikit ada bonus untuk bisa menikmati hiburan (sebatas bisa nonton iklan sabun lux Luna Maya di layar TV).

Memperoleh untung sebesar-besarnya dengan biaya yang ditekan serendah mungking rupanya menjadi kalimat kunci dalam mendefinisikan kata sejahtera bagi perusahaan (kapitalis). Alhasil jika warga kampung sudah mendapat UMK, maka sudah lunaslah janji-janji yang pernah terhambur dulu. UMK? Sejahtera? Jika ia, maka para pengambil kebijakan harus sering-sering melakukan operasi pasar agar tahu berapa harga sembako untuk kebutuhan keluarga KB selama sebulan.

Kami miskin di tanah yang dipijak oleh nenek-nenek kami. Mereka yang mempunyai perusahaan, saham atau modal yang mungkin tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah kami justru bisa sangat kaya dari hasil tanah yang kami cangkul dan kami olah. IRONIS, kami tetap miskin dan terjajah di tanah leluhur kami, tempat kami lahir dan dibesarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar